Monday, July 9, 2007
My True Love









Now I’m alone
But You always with me
I hope You always with me everywhere
I hope You always help me everytime
Please give Your love and I’ll give my love

I’m with You
I nee You
Everyday I love You
My first love just for You
I know You love me too

Allow me to love someone because of You
Allow me to get a special someone
Allow me to love him because of You
Please give Your revelationfor me
How to get the true love except from You

Now I feel different
I don’t know why?
Maybe I fall in love
Fall in love with who?
Who is He?

When I fall in love
I don’t know what will I do
I just can talk to You in my Prayer
Thank You 4JJI
Thanks for Your loving me

By. Mi2n, 8 July 2007

posted by Unknown @ 1:26 AM   1 comments
TAWAKKAL
Bicara tentang tawakkal berarti berbicaratentangkepercayan, demikianlah kiranya hakekat yang dapat diambil dari kata tawakkal, karena dalam bahasa arab kata tawakkal (tawakkal dalam bahasaarabnya) ialah wikalah, yang bermakna mewakilkan, menyandarkan, menyerahkan, atau mempercayakan, sesuatu kepada pihak lain।
Arti kata tersebut di atas menyiratkan adanya kepercayaan yang mendalam yang berujung pada kepasrahan, dengan kata lain seorang akan memasrahkan urusannya kepada pihak lain, karena benar-benar percaya.

दलमranah ibadah, kepercayaan itu terletak kepada Allah SWT selaku zat Yang Maha Kuasa। Kepada-Nyalah kita memasrahkan segala perkara, begitulah kiranyamakna tawakal yang diusung kaum sufi, bahwa tawakkal ialah sikap ruhani yang pasrah kepada Allah sebagai berikut:
Mendapatkan ketenangan dan ketentraman. Orang yang tawakkal tidak akan merasakan kecuali rasa aman disaat orang lain merasa takut, rasa tenang disaat orang lain merasa bimbang, rasa yakin disaat orang lain merasa ragu, keteguhan hati disaat orang lain mersa goyah,penuhharapan disaat orang lain berputus asa dan ia akan merasa ridho disaat orang lain tidak bisa menerima.
Kekuatan yang dirasakan orang lain bertawakkal kepada Allah ialah disaat mengalami ujian/bala/musibah yang paling berat sekalipun, hati akan tetap tegar karena yakin sepenuh hati bahwa semua yang terjadi sudah ditetapkan Allah dan ia berada dalam ketentuan hukum Allah.
Sikap ridho yang membuat hati menjadi lapang, ridho dengan segala yang diperbuat Allah। Orang yang tawakkal kepada Allah, mengetahui betul bahwa kekuasaan itu seluruhnya adalah milik Allah, dan menyadari betul bahwa Allah bebas berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya dan memutuskan apa saja yang diininkan-Nya. Allah bebas memberikan kekuasaan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan mencabut kekuasaan dari siapa saja yang dikehenakinya. Berhak memberikan kekayaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan mengambil kembali kekayaan dari siapa yang dikehendaki-Nya.Menyadari sepenuh hati, bahwa Allah bebas memuliakan derajat siapa saja yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa saja yang dikehendaki-Nya, hati tetap ridho menerima segala ketentuan takdir-Nya.


Baik sangka/berpikir positif. Dalam menghadapi musibah, orang yang tawakkal akan selalu berbaik sangka karenayakin bahwa Allah Maha Penyayang dan yakin sepenuh hati bahwa Allah tidaklah mungkin menganiaya hamba-Nya, serta menyadari bahwa sakit atau pedih yang dirasakan itu adalahsemata-matatangga untuk menuju bahagia. Orang yang tawakkal akan menyadari bahwa bala musibahyang menimpa adalah tanda sinta Allah sebagai penghapus dosa dan sebagai peringatan agar ia segera melakukan intropeksi diri.

Orang yang bertawkkal kepada Allah tidak akan pernah terbersit dalam hatinya rasa hilang harapan dan putus asa. Karena Al Qur’an telah mengajarkan kepadanya bahwa putus asa adalah pengikut kekufuran. Sebagaimana dalam firman Allah SWT.
“Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat.”(Q.S. Al Hijr:56)

Serta perhatikan juga firman Allah dalam surat Yusuf: 87 yang berbunyi:
“….jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.

Orang yang berhasil dalam tawakkal berserah diri kepada Allah, tidak akan merasa was-was, khawatir atau kecewa. Yang ada hanyalah ucapan dengan penuhrasa syukur “Alhamdulillah” atau ucapan dengan penuh rasa ikhlas ”Innalillahi wa innailaihi rojiun”.

Perhatikanlah sabda Nabi Ibrahim as. “Salah satu sebab aku menjadi kekasih Allah adalah karena aku tidak pernah merisaukan sesuatu yang telah ditanggung oleh Allah.”
“Katakanlah sekali-sekali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami dan hanya kepada Allah orang-orang beriman harus bertawakal”.(At-Taubah:51)
Tawakkal memiliki tiga derajat: Tawakkal, pasrah dan menyerahkan diri. Orang yang tawakkal akan merasa tenang karena yakin janji Allah pasati benar. Orang yang pasrah akan merasa cukup karena yakin Allah Maha Mengetahui. Orang yang menyerahkan diri akan bersikap ridho karena yakin Allah Maha Bijaksana.
Seorang hamba yang benar-benar tawakkal adalah yang benar-benar menyerahkan diri pada Allah sehingga ia tidak akan merindukan segi apapunari dunia dan tidak akan terkejut atau gelisah karena kehilangan dunia, karena orang yang tawakkal dan menyerahkan diri pada Allah dapat melihat Allah sebelum, selama dan sesudah kejadian.

Labels:

posted by Unknown @ 1:22 AM   0 comments
IKHLAS
1. Ikhlas Kepada Allah


Ikhlas kepada Allah,berarti ridho/rela menerima segala ketentuan-Nya. Ikhlas dan ridho menerima segala ajaran Allah yang diturunkan melalui Nabi Muhammad saw, yang berupa perintah dan larangan-Nya. Maksud penulis disini, berarti senang dan tidak merasa keberatan dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya (seperti melaksanakan sholat 5 waktu, ibadah puasa, dilarang berbuat maksiat dsb.)
Dan dalam melaksanakannya, semata-mata ikhlas karena Allah, tanpa pamrih.
Tujuan amal ibadah yang dilakukan hanyasatu, yaaitu bagaimana supaya apa yang dilakukan diterima oleh Allah SWT, sehingga akhirnya sampai bias merasakan buah dari keikhlasan yang berupa ketentraman jiwa dan ketenangan batin, sehingga hidupakan jauh lebih indah dan bahagia।

2 Dalam Menghadapi Masalah Hidup

Mungkin terkadang kita sering kali merasakan betapa sulitnya menjadi hamba yang ikhlas, betapapun kita telah berusaha. Sebenarnya yang membuat sulit itu adalahkarena kita tidak siap menerima kenyataan hidup yang tidak sesuai dengan keinginan, hingga akhirnya dilanda rasa kecewa.
Coba kita renungkan, kenyataan hidup yang tidak sesuai dengan keinginan itu, bukankah sudah terjadi dan menimpa kita? Jadi, kita suka atau tidak suka,ralaatau tiak rela, mau atau tidak mau, tidak ada pilihan lain,tatap harus menjalaninya. Jadi lebih baik terima dengan ikhlas, karena di dunia ini kita pasti akan selalu menemukan kenyataan yang tidak bias dihindari,yaitu selamanya kita akan menemukan perkara2 yang tidak mungkin kita rubah, tetapi kita hanya dapat berinteraksi bersamanya dengan sabar dan penuh keimanan.

3. Ikhlas Terhadap Pandangan ओरंग

Mungkin ada dari kita yang terkadang masih sangat terganggu dengan pandangan orang yang terhadap kita, yang akhirnya tidaksedikit dari kita yang selama hiupnya jadi sangat mencemaskan/mengkhawatirkan pandangan orang, kekhawatiran kita misalnya: nanati apa kata orang kalau…. Atau, wah, kalau sampai teman kantor/tetangga tahu masalahini, saya malu dan sebagainya, hingga kita jadi sangat disibukkan dengan hanya memikirkan penilaian orang terhadap kita, hingga akhirnya kita pun jadi tidak bisa merasakan ketentraman yang sesungguhnya dalam hidup.
Bagi kita yang mempunyai masalah seperti tersebut diatas, cobalah kita belajar untuk tidak memperdulikan pandangan orang terhadap kita, dengan perasaan puas terhadap pandangan Allah kepada kita. Karena sesungguhnya, bila pandangan Allah baik terhadap kita, maka baik juga pandangan makhluk kepada kita.
Inilah yang dimaksud penulis pada awal bahasan tentang cara mencapai ma’rifatullah, yaitu tidak peduli pada makhluk, mereka suka atau benci।karena kita tidak akan bisa menjadihamba Allah yang ikhlas dan mencapai hakikat keikhlasan yang sesungguhnya, sampai kita bisa menghilangkan pandangan orang dari pikiran kita.

4. Memperbaiki Amal Ibadah Dengan Ikhlas

Pembaca tercinta,bila kitatelah melakukan suatu amal kebaikan, jagalah amal kebaikan kita itu dari segala sesuatu yang merusaknya, cegahlah hawa nafsu dari kesenangan menghapuskannya. Bersihkanlah amal kebaikan kita dari sifat riya, baik yang jelas maupun yang terselubung. Karena sesungguhnya kita mampu melakukan suatu amal kebaikan atau amal ibadah itu semata-mata karena rahmat karunia Allah.
Pahamilah dan terpkanlah pengertian Laa haula wala quwwata illa billahi, tiada daya untuk mengelakkan dan tiada daya kekuatan untuk berbuat apapun kecuali dengan pertolongan Allah. Karena memangsemua langsung dari Allah, dengan pertolongan Allah, atas ijin Allah.
Karena Allah-lah yang memberi hidayat dan taufiq. Karena itu perbaikilah amal perbuatan kita dengan ikhlas dan perbaikilah keikhlasan kita dengan perasaan tidak ada kekuatan sendiri, sedang semua yang dilakukan semata-matakarena bantuan pertolongan Allah SWT.

5. Ikhlas Menerima Takdir Allah
Takdir Allah yang tidak sesuai dengan keinginan kita yang terkadang kita rasakan pahit, sebagai berikut:

Biar saja takdir berjalan sebagaimana maunya Allah, yang penting adalah kita kerjakan saja perintah2 yang membuat takdir itu.
Biar saja Allah memutuskankehendak-Nya (karena ini hakprerogatif Allah) yang penting tugas kita utnuk mengabdi kepada-Nya tetap kita jalankan.
Percuma kitaberpikir secara mendalam mengenai takdir, karenaseberat apapun kita berpikir,tetap saja ujung-ujungnya kita harus menjalankan ketentuan-Nya.
Bukan persoalan takdir Allah yang perlu dipikirkan, karena itu suah terjadi tetapi yang perlu dipikirkan adalah bagaimana agar kita bisa tetap taat pada-Nya ketika menerima takdir-Nya yang kita rasakan pahit itu.

Labels:

posted by Unknown @ 1:14 AM   0 comments
Friday, July 6, 2007
Memerangi Hawa Nafsu

Para sufi percaya bahwa ma’rifatullah (mengenal Allah) akan dapat dicapai dengan mengekang hawa nafsu dan mengendalikan diri, karena nafsu selalu bias membuat hamba menjauh dari sikap dan sifat penghambaannya kepada Allah. Dalam usaha untuk bisa ma’rifatullahseorang hamba harus dapat memutuskan segala rintangan hawa nafsu, emosi, syahwat dan adat kebiasaan yang akan menghambat.

Pokok ari semua kelalaian dan maksiat
Ridho kepada Allah, menerima apapun takdir-Nya.
Qona’ah, yakni puas dan merasa cukup dengan semua karunia/pemberian Allah.
Zuhud terhadap dunia, dalam pengertian tidak terpukau kepada ha-hal yang bersifat duniawi.
Syukur, karena manusia tidak akan pernah merasa cukup, bila tidak bisa mensyukuri nikmat yang ada.

Perlu diingat,bahwa orang yang tidak bisa mengendalikan oleh hawa nafsu, maka ia akan dikendalikan oleh hawa nafsu, karena itu sibukkanlah hawa nafsu kita dengan ketaatan sehingga tidak ada watu untuk memikirkan dan tidak ada peluang bagi hawa nafsu untuk mengajak kita pada maksiat.

Seandainya tidak ada lapangan perjuangan untuk melawan hawa nafsu, tentunya tidak dapat terbukti perjalanan orang-orang yang menuju Allah. Hakikat membunuh hawa nafsu ialah lepas-bebas dari tipu dayanya dan tidak memperhatikan sesuatu yang timbul dari padanya. Menolak pngakuan-pengakuannya dan tidak bingung, sibuk untuk mengaturnya serta tetap menyerahkan semua urusan kepada Allah SWT, engan melepas usaha ikhtiar dan kehendak sendiri, sehingga lenyap dan hilang sama sekali pengaruh hawa nafsu itu terhadap kemanusiaan kita.
Perangi gejolak hawa nafsu yang selalumembisikkan ketidaktenangandan ketidakpuasan. Tentanglah selalu hawa nafsu dan jangan menurutkannya, meskipun terkadang memberi nasehat kebaikan. Tetap kita harus selalu curiga dan waspada terhadap segala tipu dayanya,karena nafsuadalah musuh yang paling hebat, sebab ia bisa menghalangi kita untuk berbuat taat pada Allah dan dapat memerintahkan kita untukberbuat maksiat. Sebagaimana tertulis dalam firman Allah SWT:
"Dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, karena sesungguhnya hawa nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberirahmat oleh Tuhanku.sesungguhnyaTuhanku itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Labels:

posted by Unknown @ 7:00 AM   0 comments
Sikap Dalam Menghadapi Masalah
Pembaca hamba Allah yang tercinta, sikap seorang hamba dalam menghadapi tiap masalah dalam hidupnya bermaca-macam. Ada yang tabah dan menyerahkan semua pada kehendak Allah swt dan ada yang menghadapinya dengan stress yang sebenarnya tidak perlu. Karena kita semua tahu Laa yukallifullahu nafsan illa wus’ahaa, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya.(Q.S. Al Baqarah: 286)

Bagi kita orang muslim, seharusnya merasa tenang dengan jaminan Allah tersebut, karena kita ini milik Allah. Allah yang menciptakan kita sangat tahu kemampuan kita dan tidak akan pernah membebani hamba-Nya melebihi kemampuannya.

“Katakanlah sekali-kali tidak aka menimpa kami melalinkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah atas kami. Dialah pelindungkami dan hanya kepada Allah orang-orang beriman harus bertawakal” (Q.S. At Taubah:51)

Laa takhaaf wa laa tahzan innallah mana
Jangan takut dan jangan gelisah, sesungguhnya Allah bersama kita. Allah lah yang bakal menemani dan menanggung beban kita, urusan hidup kita dan Allah yang Maha tahu apa yang terbaik buat kita.

Oleh karena itu, alam tiap persoalan/masalah/musibah yang kita hadapi, sebaiknya kita menghadapinya engan tenang dan ingat bahwa masalah yang sedang menimpa kita sekarang ini adalah memang yang harus kita lalui dalam hidup kita. Ini adalah kehendak Allah dan dalam mencari jalan keluar dari tiap masalah/musibah yang kita hadapi, hendaknya kita tetap berharap dan bersandar sepenuhnya hanya kepada Allah SWT. Karena hanya Allah lah yang dapat menolong kita, membebaskan kita dari tiap kesulitan yang kita alami. Jangan pernah meminta peprtolongan kepada selain Allah, sebab Allah sendirilah yang menurunkan masalah itu kepada kita sebagai ujian.

Perhatikan an ingatlah, bahwa sesuatu selain Allah tidak akan pernah bisa menyingkirkan sesuatu yang diletakkan oleh Allah. Siapa yang tidak bias menyingkirkan bencana yang menimpa dirinya sendiri, maka tidak akanpernah bias menyingkirkan bencana yang menimpa orang lain, sebab dia sendiri juga hanya bias memohon bantuan pertolongan hanya dari Allah semata.
Jadi bila masih ada dari kita yang mungkin masih terkadang berharap kepada selain Allah, maka sadarlah segera, karena segala sesuatu selain Allah tidak akan pernah bias memberikan pertolongan apapun tanpa ijin Allah. Bila berikhtiar, maka berikhtiarlah hanya di jalan Allah.
Allah SWT telah mewahyukan kepada Nabi Dawud as:
“Hai Dawud, demi kemulyaan dan kebesaran-Ku, tiada seorang hamba-Ku yang minta tolong kepada-Ku dengan sungguh-sungguh kepada-Ku, tidak pada lainnya dan Aku ketahui yang demikian dari niatnya, kemudian jika orang itu akan diperdaya oleh penduuk langit yang tujuh, bumi yang tujuh, melainkan pasti Aku akan menghindarkannya, dari semua itu. Sebaliknya demi kemuliaan dan kebesaran Ku, tiada seorang yang berlindung kepada seorang makhluk-Ku, tidak berlindung kepada-Ku dan Aku ketahui yang demikian dari niatnya melainkan Aku putuskan ia dari Rahmat yang dari langit dan Aku songsorkan bumi dibawahnya dan tidak Aku hiraukan dalam lembah jaurang mana ia binasa”.

Labels:

posted by Unknown @ 6:58 AM   0 comments
Belajar Merasa Malu dan Diawasi Allah
Pembaca tercinta, hendaknya kita mulai menerapkan dalam hati batasan terandah sebagai seorang mukmin, yaitu “meyakini Allah sedang melihat kita”, karena bila kita masih berada dibawah batasan ini, berarti kita termasuk golongan yang lalai.

Pertama-tama, cobalah untuk malu terhaap diri sendiri. Maksud penulis disini adalah malu terhadap telinga, mata dan kulit yang selalu menyertai kita. Allah menciptakan semua itu untuk mengawasi semua gerak-gerik kita dimana pun kita berada. Sadarilah, bahwa anggota tubuh kita itu akan melaporkan semua aktivitas kita kepaa Allah pada hari penyaksian nanti. Sebagaimana tertulis dalam firman-Nya. “Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa telah mereka kerjakan”. (Q.S Fushshilat :20).”

Diceritakan oleh sahabat Anas bin Malik ra.sebagai berikut:suatu hari kami duduk bersama-sama Rasulullah saw,kami lihat Beliau tertawa kemudian Beliau bertanya kepada kami,tahukah kalian apa yang menyebabkan tertawa? Kami menjawab, Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Rasul berkata, saya tertawa karena dialog seorang hamba engan Tuhannya (di hari pembalasan) Hamba itu berkata: Wahai Tuhan, tidaklah Engkau akan menylamatkanku dari kezaliman? Tuhan menjawab, Ya. Kemudian hamba itu berkata, saya tidak akan menerima tuduhan atasku kecuali dengan berdasarkan saksi. Tuhan menjawab: Cukup dirimu sendiri dan malaikat pencatat amal yang kan menjadi saksi. Setelah itu mulut hamba tersebut ditutup dan Tuhan mulai menanyai anggota tubuh hamba tersebut. Berkatalah, maka anggota-anggota tubuh itu mengisahkan semua amal perbuatan hamba tersebut. Kemudian mulut hamba tersebut diperkenankan untuk berbicara kembali, maka (sambil marah) mulut itu berkata kepada anggota-anggota badan yang lain, kalian adalah penghianat dan akan binasa, dulu didunia aku telah membela kalian.

Yang menyebabkan kita lupa akan pengawasan Allah adalah, karena kita mengira bahwa Allah SWT tidak mengetahui apa yang kita kerjakan, Allah SWT berfirman:

“Kami sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari penyaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu, bahkan kamu mengira, bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan”.(Q.S. Fushshilat:22)
Selanjutnya, cobalah untuk mengucapkan tiga kata-kata berikut ini, disertai dengan pemahaman yang mendalam: Allahu Ma’ii (Allah bersamaku) Allahu Nazhirii (Allah melihatku) Allahu Syaahidii (Allah Menyaksikanku). Cobalah baca wirid itu berulang-ulang, Insya Allah kita akan merasakan kenikmatan didalam hati dan Insya Allah kita akan malu untuk melakukan perbuatan dosa/maksiat.”

Labels:

posted by Unknown @ 6:55 AM   0 comments
About Me


Name: Unknown
Home:
About Me:
See my complete profile

Previous Post
Archives
Let's Chat With Me
Mimin Wahyuni
ShoutMix chat widget
Links
Template by
Blogger Templates